Dari tanah Banten, tepatnya di Tanara, ternyata telah lahir salah satu ulama terkemuka dan mendunia yang berasal dari Indonesia. Beliau adalah Syekh Nawawi Banten, yang dikenal cukup produktif dalan menulis kitab kuning pegangan para ulama Nusantara bahkan se-dunia. Kurang lebih ada sekitar 115 kitab yang menjadi buah karya beliau.
Yang unik pada diri beliau adalah, konon pada suatu waktu beliau pernah mengarang kitab dengan menggunakan telunjuk sebagai lampunya. Saat itu beliau sedang berada dalam perjalanan. Karena tidak ada cahaya dalam rumah-rumahan di atas punggung onta, yang beliau diami, sementara inspirasi tengah kencang mengisi kepalanya. Syekh Nawawi kemudian berdoa, memohon kepada Allah agar telunjuk kirinya dapat menjadi lampu yang menerangi jari kanannya dalam menulis. Kitab Maraaqi al-'Ubudiyyah syarah Matan Bidayah al-Hidayah itu yang harus dibayar beliau dengan cacat pada jari telunjuknya. Cahaya yang diberikan Allah pada jari telunjuk kiri beliau itu membawa bekas yang tidak hilang.
Keunikan khas, atau karomah beliau lagi juga tampak ketika beliau berkunjung ke Masjid Pekojan Jakarta. Masjid yang dibangun oleh Habib Utsman bin Agil bin Yahya al-'Alawi itu ternyata memiliki kiblat yang belum tepat. Padahal penentu arah kiblat Masjid tua itu adalah sang Habib sendiri. Karuan saja, ketika seorang anak remaja yang tidak dikenalinya menyalahkan penentuan arab kiblat membuat kaget keturunan Rasulullah saw.itu. Diskusipun terjadi dengan seru antara mereka berdua. Dengan berbagai argumentasinya kedua ulama ini mempertahankan pendapatnya. Namun karena tidak kunjung usai, maka perlu ada cara lain yang khoriqul 'adah (luar biasa) yang mungkin dapat menjadi jalan penyelesaiannya. Seketika itu Syekh Nawawi menarik lengan baju Habib, dirapatkan tubuhnya agar saling mendekat. "Lihatlah bib..!! itu Ka'bah arah kiblat kita. Jelas sekali kan.? Sementara arah kiblat Masjid ini agak ke kiri. Maka arab kiblatnya perlu geser ke kanan." ujar Nawawi remaja. Sang Habib pun termanggu dan kemudian merangkul tubuh kecil Syekh Nawawi al-Bantani itu. Karena beliau yakin remaja ini bukan orang sembarangan.
Masih banyak karomah-karomah beliau yang belum kami sampaikan di sini. Namun yang perlu kita renungi adalah bukan karomahnya, tetapi seharusnya cara bagaimana beliau dapat sedemikian dekat dengan Allah swt.sehingga beliau memperoleh kehebatan seperti itu. yang jelas, keistiqomahan beliau dalam menuntu ilmu Allah, menjaga dengan mengamalkannya, serta menyebarkannya. ingat :
الإِسْتِقَامَةُ أَفْضَلُ مِنْ أَلْفِ كَرَامَةٍ
Istiqomah lebih utama daripada seribu karomah
Sumber : Majalah Risalah NU edisi No. 27/thn IV/1432 H/2011